XtGem Forum catalog
Beranda | Buku
KCB
27/04/24
MENU LAIN
CERITA
DEWI ULAR 95 part 1
DEWI ULAR 95 part 2
DEWI ULAR 95 part 3
DEWI ULAR 95 part 4
DEWI ULAR 95 part 5
12»
Tags: Perang Bubat

PERANG DI BUBAT part 1

KPH

1.
SEPASANG suami-isteri kerajaan Majapahit mempunyai seorang putera yang diberi nama Hayam Wuruk (Ayam Muda).
Hayam Wuruk inilah yang akhirnya menduduki tahta kerajaan sebagai Raja Majapahit dengan bergelar Prabu Rajasanegara (1350 - 1389).
Selama tiga puluh sembilan tahun. Sang Prabu Hayam Wuruk amat bijak dan pandai mengendalikan pemerintahan dan pada jaman itu,
kerajaan Majapahit mencapai puncak kebesaran dan kemakmurannya, menjadi Kerajaan yang terbesar dan terkuat dalam kepulauan Nusantara.
Bahkan dalam jaman ini pula
nama Majapahit dikenal, disegani, dan dikagumi oleh negara-negara seberang lautan, termashur sampai ke tiongkok, India , Campa, Kamboja, anam.
Hubungannya dengan negara-negara asing ini baik sekali dan saling menghormat, karena Majapahit dianggap sebagai kerajaan dan negara besar diantara negara-negara lain di dunia.
Semua hasil gilang-gemilang ini bukan semata-mata berkat kebijaksanaan Prabu hayam Wuruk seorang, melainkan juga berkat jasa-jasa para panglima senapati Majapahit.
Terutama sekali berkat jasa warangka dalem atau Patih Gajah Mada, seorang perwira yang terkenal karena sakti mandraguna, dan setia lahir-batin kepada kerajaan di mana ia mengabdikan dirinya.
Dalam sejarah, belum pernah terdapat seorang patih seperti Sang Perkasa Patih Gajah Mada ini yang membela kerajaan Majapahit semenjak ibunda Prabu Hayam Wuruk, yakni Ratu Tribuwanatungga Dewi memegang kendali kerajaan.
Patih Gajah Mada menjalankan tugasnya sebagai seorang patih yang setia selama tiga puluh tiga tahun (1331-1364).
Dan pada jaman keemasan Majapahit itulah kisah dibawah ini terjadi.
****
Raja yang memerintah di kerajaan
Sunda Galuh (Pasundan) yang beribukota di Pakuan, adalah Sri Baduga Maharaja Lingga Buana yang disebut juga Ratu Dewata.
Ratu Dewata mempunyai seorang puteri yang terkenal sekali karena kecantikannya.
Puteri ini bernama Dyah Pitaloka Citraresmi. Kecantikan Dyah Pitaloka Citraresmi memang luar biasa dan agaknya sukar dicari keduanya di dunia ini! Bahkan Dewi Komaratih sendiri, Dewi Asmara yang terkenal sebagai bidadari tercantik di surga, agaknya akan kagum melihat wajah dan bentuk tubuh Dyah Pitaloka! Tiada cacat celanya, dari ujung rambut di kepalanya sampai ke tumit kakinya. Kalau emas, dia adalah emas murni yang belum tercampur sedikitpun dengan logam lain.
Seumpama batu permata, dia adalah mutiara asli yang telah digosok oleh tangan seorang ahli. Orang yang melihatnya, baik ia laki-laki maupun perempuan, akan terbelalak matanya dan ternganga mulutnya karena takjub dan kagum menyaksikan puteri nan cantik jelita, ayu dan manis ini!
Pada suatu hari, datanglah utusan dari kerajaan Majapahit. Ternyata bahwa berita tentang kecantikan Dyah Pitaloka tidak saja menggoncangkan alam Pasundan, bahkan juga menjadi kemang tutur orang-orang di Majapahit dan akhirnya menggerakkan rasa asmara di dalam dada Sang Prabu Hayam Wuruk.
Maka diutuslah oleh Prabu Hayam Wuruk seorang tumenggung untuk menyampaikan pinangannya ke kerajaan Sunda Galuh.
Pada jaman itu, tidak ada raja yang lebih besar dan termashur daripada Prabu Hayam Wuruk. Maka, sudah selayaknya kalau pinangan Raja Majapahit ini diterima dengan hati gembira dan puas oleh Raja Sunda Galuh.
Prabu Hayam Wuruk terkenal cakap, gagah-perwira, masih muda dan belum mempunyai permaisuri pula. Maka selain Raja Majapahit siapa pulakah orangnya yang lebih pantas mendapat kehormatan untuk mengulurkan tangan memetik bunga puspita dari Sunda Galuh itu? Betapapun juga, prabu Lingga Buana sangat menyinta puterinya dan takkan puas hatinya kalau belum mendengar keputusan tentang pinangan Raja Majapahit itu dari mulut Dyah Pitaloka sendiri. Ia ingin mendengar pendapat puterinya, maka dipanggilnya lah Dyah Pitaloka serta diceritakan tentang datangnya utusan yang membawa pinangan dari Raja Majapahit, Sang Prabu Hayam Wuruk.
Kulit muka yang putih kekuning-kuningan dan halus bersih dari Dyah Pitaloka segera menjadi merah bagaikan sekuntum mawar merah yang indah. Puteri itu menundukkan kepalanya dan dadanya turun-naik menahan desakan napasnya.
Setelah agak reda gelora yang ditimbulkan oleh berita yang disampaikan oleh ramandanya itu, dengan suaranya yang merdu dan halus dia menjawab sambil menyembah.
"Ramanda prabu, junjungan tunggal di mayapada ini bagi hamba. Pendapat dan pikiran apakah yang ramanda kehendaki daripada hamba?
Segala pendapat dan pikiran yang selalu menguasai hati dan ingatan hamba hanya satu, yakni, taat, patuh, dan setia kepada segala titah ramanda, sebagaimana layaknya seorang anak terhadap orang tuanya!"
Alangkah senangnya prabu Lingga Buana mendengar sembah puterinya ini. Ayah manakah takkan menaruh hati
sayang dan kasih yang besar terhadap seorang anak yang tidak hanya kecantikannya membanggakan hati orang tua, akan tetapi terutama yang demikian berbakti?
"Sukurlah, anakku yang manis, Ramanda akan menerima pinangan ini oleh karena menurut pendapat dan pandanganku, Sang Prabu Hayam Wuruk adalah seorang raja yang berbudi bawa laksana, pandai mengatur pemerintahan, dan bijaksana pula. Kalau engkau menjadi permaisurinya, ayahmu akan merasa puas dan tenteram, oleh karena engkau pasti akan menemui kebahagiaan di Majapahit. Semoga dewata yang agung melindungimu, Pitaloka."
Maka dengan girang hati prabu Lingga Buana lalu menjamu utusan dari Majapahit itu.
Kemudian ia memberi jawabannya dan mengabarkan kepada Prabu Hayam Wuruk bahwa selain pinangan itu diterima dan
dianggap sebagai penghormatan besar sekali, prabu Lingga Buana sendiri berkenan mengantar puterinya ke Majapahit dengan membawa berita gembira itu, dan tak lupa membawa serta pula hadiah-hadiah untuk sang Prabu.
Ketika berita ini disampaikan kepada rakyat Sunda Galuh, maka bergembiralah semua orang Siapa orangnya yang takkan merasa gembira?
Puteri kedaton Sunda Galuh menjadi permaisuri Majapahit! Tentu saja rakyat pun ikut merasa bahagia dan bangga. Berita ini disambut oleh rakyat dengan meriah, bahkan mereka yang terdiri dari golongan berada, lalu menyelenggarakan pesta untuk merayakan dan meriahkan pertunangan itu!
Seluruh Sunda Galuh berpesta-pora dan bergembira-ria. Hanya ada dua orang yang tidak ikut bergembira.


PERTAMA adalah Dyah Pitaloka sendiri Dara jelita ini sungguhpun di lahir tunduk dan patuh kepada ramandanya dan ikut pula memperlihatkan wajah gembira untuk menyenangkan hati ayahnya, namun di sudut hatinya timbul keraguan dan kebimbangan yang membuatnya tidak berbahagia Ia telah mendengar akan kegagahan dan kecakapan Prabu Hayam Wuruk dan ia percaya bahwa kedudukannya akan terangkat tinggi dan akan mendapat
kemuliaan besar di Majapahit. Akan tetapi, selama hidupnya ia belum pernah bertemu dan melihat dengan mata sendiri keadaan Sang Prabu Hayam Wuruk. Kalau boleh dan kalau mungkin, ia akan merasa lebih senang jika dijodohkan dengan seorang pemuda di Sunda Galuh sendiri, seorang pemuda yang pernah dilihatnya dan yang kegagahan atau kecakapannya telah
diketahuinya dari pandangan mata sendiri, bukan hanya diketahui karena mendengar berita angin seperti halnya Prabu Hayam Wuruk! Akan tetapi, dia adalah seorang wanita sejati yang memegang teguh kesusilaan, apalagi sebagai seorang puteri raja, ia harus memberi teladan bagi kaum putri umumnya, yakni kepatuhan terhadap orang tua dengan jalan berkorban. Ia menganggap pertunangan ini sebagai penguranan dirinya demi kebahagiaan orang tua dan demi kepentingan negara!
Bukankah kalau dia menerima pinangan dan mentaati kehendak ayahnya, maka orang tuanya akan berbahagia? Dan bukankah kalau dia menjadi permaisuri Raja Majapahit yang besar dan kuat, maka kedudukan Sunda Galuh pun akan kuat pula?
Orang kedua yang pada saat itu merasa berduka adalah seorang pemuda rupawan yang tinggal seorang diri di dalam pondoknya. Pemuda ini adalah seorang panglima perang atau senapati muda dari kerajaan
Sunda Galuh. Namanya sederhana sekali, yakni Sakri.
Telah tiga tahun Sakri menjadi senapati di Sunda Galuh. Pemuda ini berasal dari Gunung Kidul, di sebuah dusun kecil dekat pantai Laut selatan. Ia adalah putera seorang panembahan atau wiku ahli tapa yang sakti dan suci. Tidak mengherankan bahwa Sakri mendapat gemblengan lahir dan batin oleh ayahnya dan
mewarisi kesaktian yang hebat
mengagumkan. Setelah menjadi dewasa, ayahnya menyuruh ia merantau dan mencari pengalaman hidup, dan kalau bertemu dengan orang besar yang berjodoh, supaya bersuita (menghambakan diri).
Dalam perantauannya, akhirnya Sakri tiba di Sunda Galuh dan ia memasuki gelanggang ujian yang diadakan oleh prabu Lingga Buana.
Kesaktian dan kegagahannya mengagumkan dan menyenangkan hati Raja Sunda Galuh hingga ia diterima menjadi seorang senapati muda.
Mengapa Sakri berduka mendengar bahwa Dyah Pitaloka terikat jodoh dengan Raja Majapahit? Mudah di duga, Dada pemuda ini telah ditembus panah asmara yang mengandung bisa maha ampuh dan luka di dada kirinya makin lama makin menghebat. Cintanya terhadap puteri itu makin mendalam dan berakar.
Akan tetapi, ia hanya seorang senapati muda yang baru menghambakan diri. Dia hanyalah seorang hamba dan kedudukannya hanya setinggi rumput di ladang. Sedangkan Dyah Pitaloka adalah seorang puteri raja yang menjadi junjungannya dan kedudukan puteri itu setinggi bintang di langit! Kini, mendengar tentang di terimanya pinangan Prabu Hayam Wuruk atas diri Dyah Pitaloka, Sakri hanya dapat menyesali nasib.
Malam itu Sakri tak dapat tidur. Ia duduk di atas sebuah batu di belakang pondoknya sambil berpangku tangan dan memandang ke arah bintang-bintang yang bertaburan di angkasa bebas.
Berkali-kali ia menghela napas, tanda dari kehancuran kalbunya.
"Habislah harapanku, rusak binasalah cita-citaku. Duhai bintang selaksa, tolonglah aku. Hidupku kosong, tiada pegangan lagi. Apa artinya hidupku tanpa dia??"
Berulangkali ia menghela napas dan
wajahnya yang tampan menjadi sepucat bintang yang teraling mega.
Kemudian ia teringat akan kampung
halaman. Sudah menjadi kelaziman orang bahwa dalam saat duka selalu ia akan teringat akan kampung halamannya. Ia teringat akan ayahnya, dan teringat pula akan adiknya yang bernama Saritama. Kedua orang ini adalah orang-orang yang terkasih dalam hidupnya, yakni sebelum ia bertemu dengan Dyah Pitaloka. Setelah seluruh hati dan nyawanya tercengkeram oleh kecantikan puteri itu, jarang sekali ia teringat kepada ayah dan adiknya. Tapi kini, tiba-tiba terbayanglah wajah kedua orang itu di ruang matanya dan ia menjadi rindu sekali kepada mereka.
Kenangan ini mengingatkan ia kembali kepada segala petuah dan pelajaran ayahnya yang bijaksana. Dan timbulah sesal dan kecewa dalam hatiya, Menyesal dan kecewa kepada diri sendiri.
Bukankah dulu ayahnya pernah menyatakan bahwa cinta suci itu tak dikotori oleh segala kehendak dan pamrih untuk kesenangan diri sendiri? Bukankah segala perbuatan kebajikan itu baru dapat disebut sempurna apabila tidak dinodai oleh nafsu ingin menyenangkan diri sendiri? Dyah Pitaloka telah dijodohkan dengan seorang Raja Besar dan akan menjadi seorang permaisuri yang tinggi dan mulia kedudukannya lebih tinggi dan lebih mulia daripada kedudukannya sekarang sebagai puteri Sunda Galuh.
Bukankah hal ini berarti bahagia
bagi Dyah Pitaloka? Mengapa ia harus menyesal dan berduka? Kalau ia memang benar-benar menyintai puteri itu, sudah seharusnya apabila ia ikut bersukur melihat orang yang dikasihinya itu menjumpai kemuliaan dan mengecap kebahagiaan.
Ah, alangkah sesatnya jalan pikiran dan gelora perasaannya tadi. Hampir saja ia dibutakan oleh nafsu mudanya.
Sakri menghela napas lagi, akan tetapi kini penuh kesadaran. Ia harus menerima nasib, Ia harus berani menerima sakit hati dan berani berkurban demi cintanya kepada Dyah Pitaloka.
Pikiran ini melapangkan dadanya dan ia lalu bangun dari duduknya, dan masuk ke dalam pondoknya.
Terdengar ayam jantan berkeruyuk tanda bahwa fajar telah mendatang. Tanpa terasa olehnya, ia telah duduk melamun semalam suntuk di belakang rumahnya!

BERSAMBUNG

Back to posts
Comments:
[2015-03-20 00:49:40] Lingga Buana :

Mantap gan.


UNDER MAINTENANCE
Browsser [ Mozilla/5.0 ]
IP [ 13.59.136.170 ]
Negara [ United States ]
Online [ 1 ]


U-ON

OTHER LANGUAGE
| | | | |

Pengunjung Harian [ 1 ]
Total Pengunjung [ 10865 ]
KEMBALI KE BERANDA